Wednesday 19 July 2017

"Taat & Tunduklah Kamu Hanya Kepada Allah, Maka Akan Taat & Tunduk Segala Sesuatu Kepadamu"

"Ya Allah…jadikanlah aku ridho terhadap apa-apa yang Engkau tetapkan dan jadikan barokah apa-apa yang telah Engkau takdirkan, sehingga tidak ingin aku menyegerakan apa-apa yang engkau tunda dan menunda apa-apa yang Engkau segerakan, Amiin…"
 
Pengokoh Jiwa Penenang Batin dalam Mengarungi Persoalan Hidup :
Aku harus siap menghadapi hidup ini, apapun yang terjadi
   
 Hidup di dunia ini hanya satu kali, aku tak boleh gagal dan sia-sia tanpa guna.
    
Tugasku adalah menyempurnakan niat dan ikhtiar, perkara apapun yang terjadi kuserahkan kepada Alloh Yang Maha Tahu yang terbaik bagiku.
    
Aku harus selalu sadar sepenuhnya bahwa yang terbaik bagiku menurutku belum tentu yang terbaik menurut Alloh SWT. Bahkan sangat mungkin aku terkecoh oleh keinginan dan harapanku sendiri.
    
Pengetahuanku tentang diriku atau tentang apapun amat terbatas sedangkan pengetahuan Alloh menyelimuti segalanya, Dia tahu awal, akhir dan segala-galanya.
    
Sekali lagi betapapun aku sangat menginginkan sesuatu, tetapi hatiku harus kupersiapkan untuk menghadapi kenyataan yang tak sesuai dengan harapanku. Karena mungkin itulah yang terbaik bagiku.

    
Aku harus rela dengan kenyataan yang terjadi
    
Bila sesuatu terjadi, yaa... inilah kenyataan dan episode hidup yang harus kujalani.
    
Aku harus menikmatinya, dan aku tak boleh larut dalam kekecewaan berlama-lama. Kecewa, dongkol, sakit hati tak akan merobah apapun selain menyengsarakan diriku sendiri. Dongkol begini, tak dongkol juga tetap begini.
    
Hatiku harus realistis menerima kenyataan yang ada, namun tubuh serta pikiranku harus tetap bekerja keras mengatasi dan menyelesaikan masalah ini.
    
Bila nasi telah menjadi bubur, maka aku harus mencari ayam, cakweh, kacang polong, kecap, sledri, bawang goreng dan sambal agar bubur ayam spesial tetap dapat kunikmati.
 
Aku tak boleh mempersulit diri
    
Aku harus yakin bahwa hidup ini bagai siang dan malam pasti silih berganti. Tak mungkin siang terus-menerus dan tak mungkin juga malam terus-menerus, pasti setiap kesenangan ada ujungnya begitupun masalah yang menimpaku pasti ada akhirnya, aku harus sangat sabar menghadapinya.
    
Akupun harus yakin bahwa setiap musibah terjadi dengan ijin Alloh Yang Maha Adil, pasti sudah diukur dengan sangat cermat oleh-Nya tak mungkin melampaui batas kemampuanku, karena Dia tidak pernah mendzolimi hamba-hamba-Nya.
    
Aku tak boleh mendzolimi diriku sendiri, dengan pikiran buruk yang mempersulit dan menyengsarakan diri, pikiranku harus tetap jernih, terkendali, tenang dan proporsional. Aku tak boleh terjebak mendramatisir masalah.
    
Aku harus berani menghadapi persoalan demi persoalan, tak boleh lari dari kenyataan, karena lari sama sekali tak menyelesaikan bahkan sebaliknya hanya akan menambah masalah. Semua harus dengan tegar kuhadapi dengan baik, aku tak boleh menyerah, aku tak boleh kalah.
   
Mesti segala sesuatu akan ada akhirnya, begitupun persoalan yang kuhadapi seberat apapun seperti yang dijanjikan Alloh "Fainnama'al usri yusron inna ma'al 'usri yusron" dan sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan. Janji yang tak pernah mungkin dipungkiri Alloh SWT.
 
Evaluasi diri
   
 Segala yang terjadi mutlak adalah ijin Alloh SWT dan Alloh tak mungkin berbuat sesuatu yang sia-sia.
    
Pasti ada hikmah dibalik setiap kejadian, sepahit apapun pasti ada kebaikan yang terkandung didalamnya, bila disikapi dengan sabar dan benar.
    
Harus kurenungkan mengapa Alloh menakdirkan semua ini menimpaku, bisa jadi peringatan atas dosa-dosa kita, kelalaianku atau mungkin, saat kenaikan kedudukanku di sisi Alloh
    
Mungkin aku harus berfikir keras untuk menemukan kesalahan yang harus kuperbaiki
    
Setiap kejadian bagai cermin pribadiku, aku tak boleh gentar dengan kekurangan dan kesalahan yang telah terjadi, yang penting kini aku mengetahui diriku yang sebenarnya dan aku bertekad sekuat tenaga untuk memperbaikinya, Alloh Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat.
 
Alloh-lah satu-satunya penolongku
    
Aku harus yakin kalaupun bergabung seluruh manusia dan jin untuk menolongku tak mungkin terjadi apapun tanpa ijin-Nya
    
Hatiku harus bulat total dan yakin seyakin-yakinnya, bahwa hanya Alloh-lah satu-satunya yang dapat menolong memberi jalan keluar terbaik dari setiap urusan.
    
Tidak ada yang mustahil bagi-Nya, karena segala-galanya adalah milik-Nya dan sepenuhnya dalam kekuasaan-Nya
    
Tak ada yang dapat menghalangiku jikalau Dia akan menolong hamba-hamba-Nya. Dia-lah yang mengatur segala sebab datangnya pertolongan-Nya
    
Oleh karena itu aku harus benar-benar berjuang, berikhtiar untuk mendekati-Nya dengan mengamalkan apapun yang disukai-Nya dan melepaskan hati ini dari ketergantungan selain-Nya, karena selain Dia hanyalah sekedar makhluk yang tak berdaya tanpa kekuatan dari-Nya
    
Ingatlah selalu janji-Nya "Barangsiapa yang bertaqwa kepada-Ku, niscaya Ku beri jalan keluar dari setiap urusannya dan Kuberi rizki/pertolongan dari tempat yang tak terduga. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada-Ku, niscaya akan Kucukupi segala kebutuhannya". (QS. 65 (At-Thalaq) : 2-3)

    6 Resep Tahan Uji Saat Mendapat Cobaan :
1. Percaya penuh (tsiqah) pada Allah azza wa jalla
    
2. Aku tahu bahwa setiap yang ditakdirkan itu pasti akan terjadi
    
3. Kesabaran adalah jalan terbaik yang harus ditempuh oleh seseorang yang mendapat cobaan
   
 4. Jika aku tidak sabar, maka pekerjaan apa lagi yang harus kuperbuat, padahal aku tidak dapat       menentukan dan menolong diriku dari kegelisahan
    
5. Mungkin kalau aku tidak begini, aku akan mengalami musibah yang lebih buruk
    
6. Aku yakin setelah ini akan datang kemudahan
“Seseorang yang diuji oleh Allah dengan suatu musibah, barangkali dengan itu Allah menyelamatkannya dari petaka yang lebih besar. Maka musibah tersebut merupakan sebesar-besarnya pemberian dan nikmat.” (Anekdot-anekdot Sufi, hal. 17)


Musibah Itu Takdir Dan Rahmat

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Assalamualaikum dan salam sejahtera. Setiap apa yang terjadi seperti gempa bumi, tanah runtuh, banjir besar mahupun tsunami menjadi pentunjuk kepada kita untuk menjadi semakin pasrah kepada kekuasaan Allah sebagai Tuhan Maha Perkasa dan Maha Berkuasa.

Sepatutnya juga segala malapetaka yang berlaku ini akan mendidik hati kita agar semakin mendekati Allah dan menanamkan sikap takwa yang mendalam. Bencana alam yang datang silih berganti melanda pelosok dunia menginsafkan diri kita bahawa kita mesti menjauhi sifat sombong dan berbangga diri kerana kita hanyalah insan lemah lagi tidak berdaya.

Satu lagi perkara yang perlu diinsafi, segala kejadian yang berlaku di muka bumi ini semuanya ditetapkan Allah. Kita seharusnya menerima apa saja musibah atau bencana dengan hati penuh reda dan bersabar. Inilah saja pedoman diutarakan kepada kita agar segala kejadian buruk yang menimpa itu tidak terus membelenggu jiwa sehingga kita berputus asa dan berkeluh kesah sepanjang masa.

Musibah Itu Takdir Dan Rahmat

Baca dan renunglah bersungguh-sungguh akan firman Allah ini, insya-Allah hati dan jiwa kita sentiasa tenang untuk berhadapan dengan apa saja musibah yang tertimpa. Firman Allah bermaksud:

    “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput daripada kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” ( Surah Al-Hadid ayat 22-23 )


Musibah Itu Takdir Dan Rahmat

Mukmin yang bersikap reda terhadap sebarang musibah adalah petunjuk dia memiliki ketakwaan dan kadar iman yang tinggi. Musibah juga satu mekanisme yang digunakan Allah untuk menilai tahap kepercayaan seseorang terhadap qada dan qadar-Nya.

Ini kerana keimanan kepada qada dan qadar akan membuahkan semangat untuk terus hidup dengan lebih dinamik, menimbulkan perasaan tidak mudah berputus asa dan apa yang lebih penting lagi akan menyebabkan seseorang itu tidak berdukacita secara melampaui batas.

Daripada sudut pandang lain, ketahuilah bencana atau musibah itu juga suatu rahmat Allah. Sebenarnya Allah menunjukkan sifat sebenar dunia ini yang tidak akan kekal selama-lamanya. Ini tentulah bertujuan menggalakkan manusia mempersiapkan diri dengan bekalan menuju alam akhirat.

Musibah Itu Takdir Dan Rahmat

Seandainya kita masih tidak insaf dan tidak menjadikan malapetaka dunia itu sebagai satu titik-tolak untuk kita bermuhasabah diri, bertaubat kepada Allah dan sentiasa menjalani kehidupan atas landasan yang dibenarkan agama-Nya, amat malanglah nasib kita! Wahai Mukmin yang diredai Allah. Baca dan ingatlah selalu firman Allah yang bermaksud:

    “Dan (Kami binasakan) kaum ‘Aad, Tsamud, penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi di antara kaum itu. “Dan Kami jadikan setiapnya itu perumpamaan dan masing-masing benar-benar Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya dan sesungguhnya mereka melalui sebuah negeri yang (dulunya) dihujani dengan hujan sejelek-jeleknya. “Maka apakah mereka tidak menyaksikan kesan runtuhan itu bahkan adalah mereka itu tidak mengharapkan akan kebangkitan.” (Surah Al-Furqan ayat 38-40 ).

Juga sepatutnya ayat Allah berikut ini mampu mencelikkan mata hati kita untuk sentiasa bertawakal dan bertakwa kepada Allah setiap masa. Apa kata Allah? Allah berfirman maksudnya:

    “Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di bumi) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar ).’ ( Surah As-Sajdah ayat 21 ) .

Musibah Itu Takdir Dan Rahmat

Kita wajib beriman bahawa segala musibah yang berlaku seperti gempa bumi, banjir, wabak penyakit adalah ketetapan daripada Allah SWT di Lauhul Mahfuz.

Kita juga wajib menerima ketentuan Allah ini dengan berlapang dada (redha). Allah SWT berfirman :

    “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (TMQ al-Hadid [57] : 22)

Musibah Itu Takdir Dan Rahmat

Menurut Imam As-Suyuthi dalam tafsir al-Jalalain, sabar adalah menahan diri daripada segala apa yang dibenci (al-habsu li an-nafsi ‘alaa maa takrahu). Sikap inilah yang wajib dimiliki ketika kita menghadapi musibah.

Selain itu, kita disunnahkan untuk mengucapkan kalimat istirja’ (Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun) ketika berlaku musibah. Allah SWT berfirman :

    “Dan sesungguhnya akan Kami berikan ujian kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” . [TMQ al-Baqarah [2] : 155-156]

Musibah Itu Takdir Dan Rahmat

Seseorang Muslim yang mengetahui hikmah (rahsia) di sebalik musibah akan memiliki kekuatan mental yang baik. Berbeza dengan orang yang hanya memahami musibah secara cetek iaitu dengan hanya melihatnya secara zahir sahaja. Mentalnya sangat lemah dan mudah mengeluh atas segala musibah yang menimpa.

Antara hikmah musibah adalah untuk diampunkan dosa-dosanya. Sabda Rasulullah SAW :

    “Tiadalah seorang Mukmin yang ditimpa musibah tertusuk duri atau lebih (teruk) daripada itu melainkan dengannya (musibah tersebut) Allah akan menghapuskan sebahagian daripada dosa-dosanya.” [HR Bukhari dan Muslim]

Musibah Itu Takdir Dan Rahmat

Maksud ikhtiar ialah tetap melakukan pelbagai usaha untuk memperbaiki keadaan dan menghindarkan diri daripada sebarang bahaya yang muncul.

Kita tidak disuruh untuk berdiam diri atau pasrah berpangku tangan bertongkat dagu dengan menunggu bantuan datang ketika musibah menimpa kita.

Beriman kepada ketentuan Allah bukan bererti kita hanya duduk diam termenung dan meratapi nasib tanpa berusaha untuk mengubah apa yang ada pada diri kita. Allah SWT berfirman :

    “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” [TMQ ar-Ra’du (13) : 11].

Musibah Itu Takdir Dan Rahmat

Kita sentiasa dianjurkan untuk memperbanyakkan doa dan zikir bagi orang yang ditimpa musibah. Orang yang mahu berdoa dan berzikir adalah lebih mulia di sisi Allah daripada orang yang enggan atau malas.

Rasululah SAW mengajarkan doa bagi orang yang ditimpa musibah: “Allahumma jurnii fii musiibatii wa akhluf lii khairan minhaa” (Ya Allah, berilah pahala dalam musibahku ini dan berilah ganti bagiku yang lebih baik daripadanya.) [HR Muslim].

Zikir juga dapat mententeramkan hati orang yang sedang gelisah atau yang mengalami tekanan. Allah SWT berfirman :

    “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah sahajalah hati menjadi tenteram.” [TMQ ar-Ra’du (13) : 28]

Musibah Itu Takdir Dan Rahmat

Tiada seorang hamba yang ditimpa musibah melainkan ia adalah akibat daripada dosa-dosa yang dilakukannya. Maka sudah semestinya dia perlu bertaubat nasuha kepada Allah SWT.

Orang yang tidak mahu bertaubat setelah ditimpa musibah adalah orang sombong dan sesat. Allah SWT berfirman :

    “Dan apa sahaja musibah yang menimpa kamu, maka ia adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (daripada kesalahan-kesalahanmu).” [TMQ asy-Syuura (42) : 30]

Musibah Satu Anjakan Memperbaiki Diri

Jadi, apa saja bencana seperti gempa bumi atau dilanda ombak tsunami yang mengganas, semuanya dapat dianggap sebagai azab kecil yang Allah timpakan di dunia berbanding azab maha perit di akhirat kelak. Apakah kita tidak mahu insaf dan bertaubat lagi? Atau kita hanya hendak melihat dan memantau saja bencana dunia sehingga diri kita turut mengalaminya baru hendak bertaubat ?

Oleh yang demikian, marilah kita jadikan apa saja malapetaka alam sebagai satu anjakan ke arah membetulkan diri dengan sentiasa insaf, bertaubat dan mengamalkan ajaran agama dengan sepenuhnya agar kehidupan kita, keluarga kita serta negara kita dirahmati Allah, insya-Allah.

Semua Ada Hikmahnya

Ini adalah keyakinan orang-orang yang istiqamah di jalan Allah. Allah dalam segala takdir-Nya memiliki hikmah, apa yang Dia cintai atau benci mengandung hikmah yang mendalam. Seandainya Allah berkehendak, Dia akan mencegah seorang hamba untuk bermaksiat kepada-Nya. Allah tidaklah dimaksiati dengan paksaan. Tidak ada di dunia ini melainkan dengan kehendak-Nya.

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. [QS. al-A’râf: 54].

Mereka meyakini, tidaklah Allah menciptakan sesuatu dengan sia-sia atau percuma, dan bahwasanya Allah memiliki hikmah yang mendalam dalam setiap takdir-Nya yang baik atau yang buruk, dalam ketaatan maupun maksiat. Ada hikmah yang dalam, yang terkadang akal tidak bisa menyelaminya dan lisan sulit mengungkapkannya. Semua takdir-Nya terhadap yang Dia benci dan Dia murkai bersumber dari nama-Nya yang mulia “al-Hakîm” (Yang Maha Bijaksana). Allah ta’âlâ berfirman kepada Malaikat-Nya:

Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’. Maka Allah pun menjawab mereka dengan firman-Nya: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui?. [QS. al-Baqarah: 30].

Di balik munculnya maksiat, dosa, dan kejahatan serta akibat-akibatnya, Allah memiliki hikmah dan tanda-tanda kekuasaan di dalamnya, baik yang berkaitan dengan Rububiyah, Uluhiyah, kemuliaan, kesempurnaan maupun ilmu-Nya. Orang-orang yang istiqamah mengatakan:

Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau. [QS. Âli ‘Imrân: 191].

Tidaklah semua itu melainkan hikmah-Mu yang terang dan tanda-tanda (kekuasaan)-Mu yang tampak.

وَلِلّهِ في كُلِّ تَحْرِيْكَةٍ وَتَسْكِيْنَةٍ أَبَدًا شَاهِدُ
وَفِي كُلِّ شَيْءٍ لَهُ آيَةٌ تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وَاحِدُ

Allah selalu menyaksikan setiap yang bergerak dan yang diam

Di dalam segala sesuatu ada tanda yang menunjukkan bahwa Allah itu Esa

Berapa banyak di muka bumi ini tanda-tanda yang menyatakan keberadaan Allah, yang membenarkan Rasul-rasul-Nya serta menunjukkan bahwa hari kiamat itu benar?? 

Bencana dan adzab, sebabnya adalah dosa dan maksiat manusia, seperti ditenggelamkannya kaum Nuh hingga semuanya binasa kecuali orang-orang yang bertakwa dan bertauhid kepada-Nya. 

Berapa banyak hikmah/pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian-kejadian seperti ini!!! Demikian pula dalam kisah dibinasakannya kaum ‘Aad dan Tsamud.

Berapa banyak tanda-tanda kekuasaan Allah dalam kisah Fir’aun dan kaumnya, sejak diutusnya Musa kepada mereka hingga mereka ditenggelamkan, bahkan sebelum diutusnya Musa. Seandainya bukan karena maksiat dan kekufuran mereka, tidaklah akan tampak dengan jelas tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban ini.

Di dalam Taurat disebutkan, bahwa Allah berfirman kepada Musa : “Pergilah kepada Fir’aun, sesungguhnya Aku akan menjadikan hatinya keras dan mencegahnya dari keimanan dan Aku akan menampakkan tanda-tanda kekuasaan-Ku serta keajaiban-keajaiban-Ku di Mesir”.

Demikianlah yang Allah ta’âlâ perbuat, Dia menampakkan tanda-tanda kebesaran dan keajaiban-Nya dengan sebab dosa-dosa Fir’aun dan kaumnya. Sebagaimana keselamatan bagi Ibrahim. Sebabnya adalah dosa dan maksiat kaum beliau yang telah melemparkan dirinya ke dalam api, hingga Ibrahim diselamatkan dan mendapat gelar khalîlullâh (kekasih Allah).

Para Rasul memperoleh karamah, kedudukan, dan kemuliaan di sisi Allah dengan sebab kesabaran mereka terhadap gangguan kaum mereka. Demikian pula para syahid, wali Allah mendapat kedudukan di sisi Allah karena kesabaran mereka terhadap gangguan manusia pelaku maksiat dan kezhaliman, serta karena perjuangan mereka di jalan Allah dengan jiwa dan ilmu mereka. Mereka memang berhak mendapat kedudukan yang tinggi. Ini di antara hikmah adanya maksiat dan dosa. Maslahat dan hikmah yang banyak ini lebih Allah cintai dari terlewatkannya maksiat dan dosa. Tidak adanya maksiat adalah suatu hal yang dicintai Allah, akan tetapi hikmah yang ada baik dibalik maksiat lebih Allah cintai. Dan tidak adanya hikmah (yang baik) di balik maksiat lebih Allah benci daripada maksiat itu sendiri.

Di antara kesempurnaan hikmah-Nya adalah diperolehnya sesuatu yang paling dicintai dari dua hal yang sama-sama dicintai-Nya. Hal ini juga dibenarkan oleh akal pikiran manusia, sebagai contoh: seandainya Adam tidak bermaksiat dengan memakan buah pohon terlarang, maka tidak akan ada ujian bagi makhluk ini, tidak akan diutusnya para Rasul, dan tidak akan diturunkan kitab-kitab-Nya, tidak akan tampak tanda-tanda kekuasaan dan keajaiban-Nya, tidak ada pemuliaan bagi wali-wali-Nya atau penghinaan terhadap musuh-musuh-Nya, tidak nampak keutamaan ataupun keadilan-Nya, pengampunan atau kasih sayang-Nya serta tidak akan ada orang yang mencintai serta menyembah-Nya.

Seandainya ditakdirkan, Adam tidak makan pohon tersebut, tidak keluar dari surga bersama anak keturunannya serta tidak terjadi penentangan iblis terhadap perintah Allah dan tidak terjadi apa-apa, maka tidak akan bisa dibedakan mana yang baik dan mana yang buruk, tidak akan ada pahala dan dosa serta surga dan neraka.

Berapa banyak di balik kemenangan para wali-wali Allah terhadap musuh-musuh-Nya di dunia ini atau sebaliknya dari hikmah dan kenikmatan yang berharga???

Berapa banyak di dalam hal ini terdapat kecintaan bagi Allah, pujian dari penghuni langit dan bumi bagi-Nya?? 

Berapa banyak hamba yang tunduk, taat beribadah, khusyu’, taubat kepada-Nya serta permohonan (para hamba) agar Allah tidak menjadikan mereka sebagai musuh-musuh-Nya?? 

Semua itu mereka lakukan, karena mereka menyaksikan sendiri bagaimana adzab Allah yang menimpa musuh-musuh-Nya, dan semua itu terjadi dengan kehendak dan keinginan-Nya serta dengan perbuatan dan kekuasaan-Nya. Para wali-wali Allah sangat takut akan adzab Allah, hingga mereka tunduk dan patuh kepada-Nya.

Para malaikat jika melihat iblis dan Harut serta nasib keduanya, mereka semakin tunduk kepada Allah karena keagungan dan kemuliaan-Nya dan karena takut akan laknat-Nya serta demi mengharap perlindungan dan rahmat-Nya. Dengan begitu, malaikat mensyukuri kenikmatan-kenikmatan Allah yang dianugerahkan kepada mereka serta ingat akan keutamaan dan pemuliaan Allah atas mereka.
Demikian pula dengan para wali-wali Allah yang bertakwa, jika mereka melihat dan menyaksikan keadaan para musuh-musuh Allah serta kemurkaan dan adzab yang Allah timpakan kepada mereka, bertambahlah ketundukan, kerendahan hati, penyerahan diri para wali-wali tersebut kepada Allah. Dan bertambah pula permintaan tolong serta taubat, tawakal, pengharapan dan takut mereka kepada Allah. Dengan begitu mereka yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa tidak ada tempat berlindung selain kepada-Nya dan tidak ada yang bisa memberinya nikmat serta menolaknya dari adzab melainkan Dia, segala keutamaan/nikmat hanya ada ditangan-Nya.

Ini semua hanya setetes dari lautan hikmah-Nya yang meliputi semua makhluk dan syariat-Nya. Orang yang masih bisa melihat, dia akan bisa melihat keajaiban-keajaiban dalam hikmah-Nya yang tidak bisa diungkapkan maupun disifatkan.

Adapun keterkaitan seorang hamba dengan persaksian hikmah-hikmah-Nya ini, maka tergantung dari kekuatan ilmunya akan Allah, nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta dari penyembahan dan peribadahannya. Setiap mukmin pasti memiliki bagian dalam hal ini yang tidak mungkin terlewatkan. Allah-lah yang memberi taufiq dan pertolongan.

Berserah karena ia pasti ada hikmah

Ada seorang anak kecil yang merengek kepada ayahnya, “Yah……sepedaku rusak, maukah ayah membetulkannya untuku?” Ayahnyapun datang untuk membetulkan sepeda milik anak kesayangannya itu. Anak itu memperhatikan Ayahnya sambil terus memberi instruksi kepada Ayahnya “Ayah coba lihat bagian belakang, mungkin di situ kerusakannya.”Ayahnya menurutinya, tapi ternyata sepedanya masih belum bisa diperbaiki. Dan anak kecil itupun memberikan komentar lagi, “mungkin sebelah kanan yah, coba dilihat lagi.” Kali ini ayahnya juga menurutinya, tapi lagi-lagi mainannya itu masih rusak juga. “Kalau begitu coba yang di bagian depan Yah” anak kecil itu tidak berhenti berkomentar terhadap apa yang Ayahnya lakukan dan itu membuat ayahnya mulai marah,”Sudah, kalau kamu memang bisa, mengapa tidak kamu perbaiki sendiri saja?”

Anak kecil itupun  mencoba memperbaiki sendiri sepedanya yang rusak, tapi tidak berhasil juga. Akhirnya dia kembali mendatangi Ayahnya, “Yah, aku sangat ingin bermain sepeda bersama teman-teman” rengeknya.  Karena tidak tega mendengar rengekan anaknya, si ayah akhirnya menyerah,” Baiklah Nak, Ayah akan membetulkan sepedamu asal kamu berjanji tidak boleh memberitahu Ayah apa yang harus Ayah lakukan. Kamu duduk dan perhatikan Ayah bekerja. Tidak boleh mencela.” Akhirnya anak itu diam dan duduk manis melihat ayahnya membetulkan sepedanya sampai bisa berjalan lagi tanpa mengeluarkan komentar apa pun.

Manusia yang seolah ingin mengatur Tuhan dengan segala keterbatasannya. Seolah “apa yang Tuhan mau” harus sama seperti “apa yang aku mau.” Berserah mungkin menjadi hal yang sangat sulit ketika keyakinan dan keiklhasan belum sepenuhnya mempunyai rumah di hati. Tapi bukankah segala sesuatu yang ditetapkan oleh Allah itu ada tujuannya? Seperti halnya usus buntu, organ yang di anggap tidak berguna dan sepele, ternyata usus inilah yang menjadi hunian aman bagi bakteri baik ketika seseorang terkena diare. Saat semua isi perut terkuras habis, maka dalam usus inilah, para bakteri tersebut bernaung agar tetap bisa bertahan dan tidak ikut keluar dari tubuh, semua itu demi menyelamatkan sistem cerna kita.


Selalu Ada Hikmah Dibalik Setiap Kejadian Yang Terjadi Dalam Kehidupan Kita

Kisah yang Allah hadirkan dalam hidup kita tentulah tidak selalu lurus dan tidaklah selalu membuat kita merasa baik, namun meski demikian selalu percayalah bahwa akan selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian yang terjadi dalam kehidupan kita.

Allah maha tahu segalanya, Dia tahu apa-apa yang menjadikan hidup kita lebih baik dari masa kemasa, maka saat kehjadian tidak baik yang disebut sebuah ujian dari-Nya datang menerpa, tetaplah bersabar dan tawakkal, sebab dibalik ujian yang telah dgariskan-Nya untuk kita pasti tersimpan hikmah yang luar biasa.

Karena Sesuatu Yang Telah Allah Berikan Kepada Kita Tidak Akan Pernah Sia-Sia

Karena sesuatu yang telah Allah berikan kepada kita tidak akan pernah sia-sia, semuanya pasti mengandung hikmah yang luar biasa, namun kita saja yang tidak bisa secara cepat untuk memahaminya.

Kita lebih sigap mengeluh daripada menela’ah secara bijak segala kejadian yang Allah hadirkan kepada kita, terlebih kejadian yang dirasa tidak mengenakkan, padahal sebenarnya sesuatu yang tidak mengenakkan tersebutlah Allah tengah mengajarkan kita terntang banyak hal pelajaran hidup.
Yang Digariskan Kepada Kita, Ntah Yang Baik Atupun Yang Buruk Sekalipun, Sudah Tentu Semua Itu Adalah Yang Terbaik

Yang digariskan kepada kita, ntah yang baik ataupun yag buruk sekalipun sudah tentu semua itu adalah yang terbaik untuk kehidupan kita.

Maka tetaplah yakin bahwa pertolongan Allah selalu dekat dengan kita, sehingga dengan demikian perasaan untuk selalu berprasangka baik pada ketentuan-Nya akan gampang kita lakukan.
Allah Tahu Segala Sesuatu Yang Terbaik Untuk Kehidupan Kita, Sebab Itulah Terkadang Dia Menguatkan Kita Dengan Ujian-Nya

Ingatlah, bahwa Allah tahu segala sesuatu yang terbaik untuk kehidupan kita, maka sebab itulah terkadang Dia menguatkan kita dengan ujian-Nya, dan tugas kita adalah bersabar dengan hati yang ikhlas, karena dibalik ujian yang memang telah Allah gariskan kepada kita trsimpan hikmah yang pasti menakjubkan.

Ujian Yang Datang Dari-Nya Terkadang Membuat Kita Rigkih Sesaat, Tetapi Percayalah Bahwa Allah Telah Menyediakan Hikmah Luar Bisa Dibalik Itu

Iya, ujian yang datang darinya memang terkadang membuat kita ringkih sesaat, tetapi percayalah bahwa Allah telah menyediakan hikmah yang luar biasa dibalik semua itu.

Maka, sehebat aapun ujian yang telah Allah tetapkan kepada kita, sudah sepantasnya kita meyakini bahwa Allah selalu mempersembahkan yang terbaik untuk setiap hambanya.

Maka, Beruntunglah Orang-Orang Yang Mampu Mengambil Hikmah Dari Setiap Yang Terjadi Dikehidupannya

Maka, beruntunglah orang-orang yang mampu mengambil hikmah dari setiap yang terjadi dikehidupannya, karena hidup itu akan selalu menjadikan pemiliknya merasa indah dan damai, jika kita mampu memaknai ujian yang ada dengan selalu meyakini bahwa hikmah yang Allah persiapkan selalu Elegan dan sempurna.


Saturday 15 July 2017

Apa Sahaja Yang Berlaku Pasti Ada HikmahNya

Tidak salah bersedih, tetapi perlukah kita tunjukkan?

Menangis? Adakah kita mahu dilihat oleh orang ramai?

Jangan biarkan perkara itu menimpa kita, sahabat. Jangan nampakkan kesedihan kita. Teruskan melangkah. Tatap masa hadapan dengan penuh keyakinan.

Teruskan tersenyum dan tunjukkan kita sedang bahagia.

Waktu itu kekuatan mental kita diuji. Adakah kita kuat menghadapinya ataupun jatuh tersungkur dan terkulai. Berusahalah untuk tidak menunjukkan kesedihan!
Menggali Hikmah Dalam Setiap Kejadian

Jangan berhenti menggali hikmah-Nya.

Ibnu Al-Jauzy berkata, “Sekiranya kamu tidak mampu menangkap hikmah, bukan kerana hikmah itu tiada, tetapi kerana kelemahan daya ingatan kamu sendiri. Kamu perlu tahu, raja juga memiliki rahsia yang tidak diketahui oleh orang kebanyakkan. Bagaimana kamu yang begitu lemah, mampu mengungkap semua hikmah-Nya?“

Banyak perkara yang terjadi dalam hidup ini, pada awalnya kita mengganggap pahit, getir, mahupun menyakitkan. Tetapi, pada kemudian hari kita mensyukurinya.

Sebaliknya, tidak sedikit perkara yang pada awalnya kita sambut dengan rasa gembira, tetapi pada kemudian hari kita bermuram durja dan menitiskan air mata kerananya.

Pengajaran Hudaibiyah

Kisah Rasulullah SAW dan para sahabat banyak memberikan pengajaran yang sangat berharga pada kita, salah satunya dalam peristiwa Hudaibiyyah.

Dalam satu klausa perjanjian Hudaibiyah menyatakan, Rasulullah SAW perlu kembali ke Madinah dan tidak boleh memasuki Makkah hingga tahun hadapan. Klausa berikutnya menyatakan, kedua-dua belah pihak perlu melakukan gencatan senjata selama 10 tahun.

Beberapa sahabat berasa sedih kerana mereka sudah dijanjikan bagi memasuki Makkah, tetapi terpaksa berpatah balik dan pulang ke Madinah.

Namun, sesuatu yang pada awalnya dirasakan pahit, menjadi manis selepas beberapa tahun.

Antaranya pengislaman beberapa tokoh Quraisy seperti Amru bin Al-Ash, Utsman Bin Thalhah dan Khalid Bin Al-Walid. Dalam rentang waktu itu, jumlah kaum muslimin bertambah ramai.

Hingga pada satu waktu, dengan kekuatan baru yang dimiliki, terjadi peristiwa yang tercatat dalam tinta emas sejarah, iaitu Fathu Makkah. Sebuah peradaban yang menerangi alam semesti ini sudah lahir.

Pelajaran berharga yang dapat kita ambil adalah, pasti ada hikmah daripada Allah ke atas setiap kejadian yang berlaku.

Persoalannya, adakah kita berusaha mencari ataupun menggali hikmah nya? 

Atau pun tidak langsung?

Bila Hikmah itu akan muncul?

Boleh jadi pada waktu itu juga, selepas seminggu, sebulan atau bertahun lamanya. Kita tidak akan tahu, tetapi yang pasti ia tetap akan muncul.

Setiap kejadian, pahit ataupun manis, pasti ada hikmah ataupun pelajaran berharga. Semasa perkara itu terjadi, kita perlu bersedia menghadapinya.

Daripada bertanyakan mengapa, lebih baik kita fokuskan perkara yang perlu dilakukan bagi menghadapi keadaan ini.